Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma penghuni seng berkarat
tapi banyak hidup lagi sekarat.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma tangis kelaparan
bukankah siang dan malam semuanya kedengaran.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka".
Chairil benar, belum terhitung arti 4-5 ribu nyawa,
bahkan maut masih bersendawa.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka"
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma penghuni seng berkarat
tapi banyak hidup lagi sekarat.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma tangis kelaparan
bukankah siang dan malam semuanya kedengaran.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka".
Chairil benar, belum terhitung arti 4-5 ribu nyawa,
bahkan maut masih bersendawa.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka"
Di balik tembok raksasa kami masih berjuang dan belum terpuaskan,
hanya butuh cinta untuk mengusir senapan kekuasaan.
"kita belum merdeka",
atau cuma penghuni seng berkarat
tapi banyak hidup lagi sekarat.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma tangis kelaparan
bukankah siang dan malam semuanya kedengaran.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka".
Chairil benar, belum terhitung arti 4-5 ribu nyawa,
bahkan maut masih bersendawa.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka"
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma penghuni seng berkarat
tapi banyak hidup lagi sekarat.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka",
atau cuma tangis kelaparan
bukankah siang dan malam semuanya kedengaran.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka".
Chairil benar, belum terhitung arti 4-5 ribu nyawa,
bahkan maut masih bersendawa.
Pak SBY dengarlah!
"kita belum merdeka"
Di balik tembok raksasa kami masih berjuang dan belum terpuaskan,
hanya butuh cinta untuk mengusir senapan kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar