Sabtu, 28 Maret 2009

Contoh Laporan Uji Magnetik

Magnetik partikel tes adalah salah satu jenis dari uji tidak merusak (NDT) yang sangat sering diaplikasi oleh para pengamat material. Selain karena mudah,uji magnetik ini tidak memerlukan biaya yang besar. Intine "Selera bos, harga anak kost"..hehehe.
Mampu mendeteksi cacat yang berada di permukaan dan sub-surface material menjadikan pengujian ini setingkat lebih baik dibandingkan penetran test. Jika penetran just bisa mendeteksi cacat/diskontinuity yang ada di surface nya saja, maka magnetik sudah tidak lagi.
Ini saya postingkan laporan uji magnetik saya bersama temen2 dari kelompok 2 lab uji bahan PPNS-ITS. Laporan ini bisa njenengan (wuih,jawa abis ya?? ^^) jadikan referensi disaat sampean/kamu/saudara semuanya dituntut untuk mengumpulkan atau memberi repoat kepada atasan tentang MAGNETIG PARTIKEL TEST

LAPORAN RESMI
MAGNETIC TEST












Disusun Oleh :
Victor Rizal Filosofi (6707040003)
Imam Khoirul Rohmad (6707040007)
Ryan E Saragih (6707040012)
Yuleko Bambang T (6707040018)
M.Mashuri (6707040022)
Ridho Pahlevi W (6707040024)



TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari uji magnetik partikel adalah untuk mendeteksi discontinuity bahan logam ferro pada permukaan atau discontinuity sub surface. Biasanya pengujian ini dilakukan pada benda kerja pada semua tahapan produksi.
1.2 Dasar Teori
Magnet merupakan suatu logam yang dapat menarik besi, dan selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dimana arah medan magnet disetiap titik bersumber dari kutub utara menuju ke selatan dan mengarah dari kutub selatan ke utara di dalam magnet.









I.2.1. Prinsip Dasar pengujian Magnetik Partikel
Spesimen atau benda uji tersebut dimagnetisasi dengan cara memberikan arus listrik. Karena perlakuan yang seperti itu, maka pada benda uji akan timbul medan magnet sebagai akibat dari adanya beda potensial (arus listrik mengalir dari tegangan tinggi ke tegangan rendah). Pada daerah tersebut ditaburkan serbuk ferro magnetik. Selanjutnya serbuk ferro magnetik tersebut akan mengikuti bagian yang cacat dari benda uji tersebut.

I.2.2. Jenis-jenis Magnet
1. Magnet permanen
Merupakan bahan-bahan logam tertentu yang jika dimagnetisasi maka bahan logam tersebut akan mampu mempertahankan sifat magnetnya dalam jangka waktu yang lama (permanen).
2. Elektromagnet
Merupakan magnet yang terbuat dari bahan ferro magnetik yang jika diberikan arus listrik maka bahan tersebut akan menjadi magnet, tetapi jika pemberian arus listrik dihentikan, maka sifat magnet pada bahan tersebut akan hilang.

I.2.3. Metode Magnetisasi
1. Magnetisasi longitudinal :
Dihasilkan dari arus listrik yang dialirkan dalam koil.








Gambar 1.2. Magnetisasi Longitudinal

2. Magnetisasi Yoke
Magnetisasi dengan menggunakan yoke. Dengan cara ujung kaki yoke ditempelkan pada material yang akan dimagnetisasi.




3. Magnetisasi sirkular.
Magnetik sirkular terdiri dari :
a. Magnetik tak langsung, arus listrik dialirkan ke konduktor sentral. Medan magnet mengenai bahan dan benda yang dilingkupinya.










b. Magnetisasi langsung, arus listrik dialirkan pada bahan yang akan dimagnetisasi.



Benda

Gambar 1.4. Head Shut
c. Prod, magnetisasi dengan cara material ferromagnetic dililiti dengan logam tembaga kemudial dialiri arus listrik.

Gambar 1.5. Magnetisasi prod
I.2.4. Metode Pengerjaan Berdasarkan Waktu Magnetisasi
1. Medan Magnet Kontinyu :
Magnetisasi berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan pemberian serbuk ferromagnetik basah (suspensi) atau yang kering.
2. Medan Magnet sisa (residual) :
Partikel ferro magnetik (kering atau suspensinya) diberikan setelah proses magnetisasi berakhir.
I.2.5. Metode Pengaplikasian Partikel Ferromagnetik
1. Metoda Kering:
Partikel magnetik yang digunakan berupa bubuk kering. Metoda ini digunakan pada permukaan benda uji yang kasar. Suhu kerja yang baik yaitu pada suhu kamar 10oC hingga 55oC, metoda ini juga masih dapat dilakukan pada suhu tinggi asalkan benda uji masih berwujud padat. Metoda ini tidak cocok dilakukan pada suhu dingin karena serbuk ferromagnetic akan lengket terkena embun. Warna partiker ferromagnetik yang dipilih harus kontras terhadap benda uji. Bubuk diarahkan pada lokasi yang diinginkan secara perlahan-lahan, sisa partikel yang berlebih dihilangkan dengan air.
2. Metoda Basah:
Partikel magnetik yang digunakan dalam bentuk suspensi. Metoda ini bisa digunakan pada metoda kontinyu maupun residual. Metoda basah biasa digunakan pada permukaan benda uji yang halus. Metoda ini cocok digunakan pada suhu dingin dan batas maksimalnya adalah tidak boleh lebih dari batas akhir temperatur kamar, yaitu 55oC karena suspensi akan mengalami penguapan jika suhu terlalu panas.



I.2.6. Teknik Inspeksi
1. Pemilihan Teknik Inspeksi
Pemilihan teknik inspeksi partikel magnetik didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
☺ Kondisi Permukan Benda Uji :
☻Kasar : Metoda Kering
☻Halus : metoda Basah
☺ Partikelnya:
☻Kering : Serbuk Kering
☻Basah : Suspensi
☺ Warna serbuk partikelnya harus kontras

2. Prosedur Inspeksi
 Persiapan Permukaan (Pre Cleaning)
Kondisi permukaan harus diperhatikan, permukaan harus kering dan bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat menganggu proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
 Penyemprotan White Contrast Paint (WCP 2)
Setelah permukaan dipastikan bersih dan kering maka dilakukan penyemprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk memudahkan mendeteksi adanya discontinuity. Karena warna dari WCP 2 lebih kontras dari pada serbuk feromagnetik.
 Magnetisasi Benda Uji
Magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut akan mendetekasi adanya discontinuity pada benda uji tersebut.



 Aplikasi serbuk magnet
Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan pada benda uji. Bila permukaannya kasar, maka digunakan metode kering yang menggunakan serbuk magnet kering. Apabila permukaannya halus digunakan metode basah yang mana sebuk magnetik yang digunakan berupa suspensi. Warna partikel serbuk magnet yang digunakan harus kontras dengan permukaan benda ujinya.

I.2.7. Evaluasi
Pengevaluasian dimaksudkan untuk meneliti bentuk discontinuity yang terdapat pada benda uji. Selain itu juga dari hasil pengevaluasian kita akan dapat menentukan apakah benda uji harus diperbaiki atau tidak.

I.2.8. Demagnetisasi
Demagnetisasi dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan sisa sifat magnet yang terdapat pada benda uji agar benda uji tersebut tidak akan dapat menarik serbuk-serbuk besi yang nantinya akan mnyulitkan proses pembersihan.
Demagnetisasi dapat dilakukan dengan menggunakan arus AC atau DC. Jika menggunakan arus AC, benda uji dimasukkan ke dalam koil yang dialiri arus AC kemudian diturunkan perlahan-lahan. Jika menggunakan arus DC step down bolak-balik berulang dengan kontak langsung atau kontaktor inti, kemudian arus dibalik dan dikecilkan secara berulang-ulang.

I.2.9. Pembersihan Setelah Inspeksi (Post Cleanig)
Post cleaning dimaksudkan untuk membersihkan benda uji dari sisa-sisa dari pemberian serbuk magnetik pada saat pengujian.


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Kain Lap
2. Yoke
3. Lampu
4. Sikat besi
5. Gause Meter
6. Light Meter (Lux meter)
7. Penggaris
8. Foto










Gambar 2.1. Spesimen/Benda Uji (Crank Shaft Dan Gear)

2.1.2 Bahan
1. Cleaner
2. White Contrast (WCP 2)
3. Wet partikel (7HF)





2.2 Prosedur Kerja
1. Persiapan Alat, yaitu dengan menguji kekuatan yoke terlebih dahulu (Power Lifting of Yoke) berdasarkan ASME section V Article 6 (T-773, 2), yaitu untuk arus AC yoke harus mampu mengangkat beban seberat 4,5 kg (10 lb) pada maximum pole spacing-nya. Apabila yoke masih dapat mengangkat beban yang disyaratkan, maka yoke tersebut masih layak untuk digunakan. Pengujian lifting power ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali.
2. Specimen dibersihkan permukaannya dari oil, dan kotoran lain yang berupa karat, lemak, cat, dan kotoran lainnya dengan menggunakan claner.
3. Material uji disemprot dengan White Contrast Paint (WCP 2) secara merata.
4. Tunggu sebentar hingga white contrast paint kering
5. Setelah kering, atur yoke sedemikian rupa sehingga dapat memagnetisasi material uji dengan baik dan pada saat proses memagnetisasi material uji yoke ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda sehingga tampak semua discontinuity yang ada pada material uji tersebut baik crack yang ada di permukaan maupun yang sub-surface.










Gambar 2.3. Proses magnetisasi

6. Saat yoke memagnetisasi material uji, material uji disemprotkan wet particle hingga tampak cacat yang ada pada material uji tersebut.
7. Amati discontiniuity yang tampak dan catat.
8. Demagnetisasi atau penghilangan sisa-sisa magnet pada spesimen setelah evaluasi. Kemudian material uji diukur sifat magneticnya dengan menggunakan gause meter.

Gambar 2.4. Pengukuran dengan gause meter
9. Post Cleaning/pembersihan akhir.















BAB III
ANALISA DATA


3.1. Data yang Diperoleh

MAGNETIC PARTICLE TEST
Peralatan ● Yoke ○ Prod ○ Koil ○ SN:
Jenis pertikel ○ Dry ● Wet ○ Flourescent ○ Color cnt
Metode ● Kontinyu ○ Residual
Kondisi permukan ○ Lasan ● Proses mesin ○ Gerinda ○ ……….
Cakupan • Base metal ○ Weld part
○ Edge Preparation ○ Repair weld
○ Back chipping ○ ……………
No Komponen/Pengelasan Jenis cacat Penilaian Keterangan
Acc R
1 Penjepit Propeler Linear √ Repair
2 Roda Gigi Linear √ Repair
Alat penerangan : Philips 20 Watt, lightmeter, gause meter
Intensitas penerangan : 100,1 Fc (1000,1 lux)



3.2. Gambar yang diperoleh


Gambar 3.1. Hasil pengukuran intensitas penerangan dengan lux meter








Line discontinuity









Gambar 3.2. Discontinuity Spesimen uji
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada pengujian spesimen dengan menggunakan magnetic partikel ini kami menggunakan intensitas penerangan sebesar 100,1 Fc. Intensitas penerangan ini kami peroleh dengan menggunakan lampu philips 20 watt dan jarak antara lampu dan material uji 30 cm.







30 cm
.


Gambar 4.1. Jarak antara lampu dan material uji


Dari hasil pengujian kami menemukan satu discontinuity yang tembus pada material uji. Panjang discontinuity tersebut bagian permukaan atas material uji 11 mm dan bagian permukaan atas material uji 13 mm. Diskontinuity tersebut harus dilakukan perbaikan.

Gambar 4.2. Bentuk Discontinuity pada material uji

















BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil pengujian yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa discontinuity yang terjadi pada shaft adalah discotinuity jenis linier. Retakan ini terjadi karena terjadinya kelelahan pada shaft akibat kerja pada proses mesin.
Discontinuity yang terjadi tersebut harus segera diatasi/diperbaiki sebab jika dibiarkan saja dan tetap masih digunakan, maka dikhawatirkan shaft tersebut akan patah dan dapat merusak komponen-komponen lainnya didalam mesin.


































DAFTAR PUSTAKA

• Harsono, Dr. Ir. & T. Okumura, dr. (1991), Teknologi Pengelasan Logam, PT Pradya Paramita, Jakarta.
• Dosen Metallurgi, (1986), Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS.
• ASME Section V Article 6





1 komentar: