Minggu, 12 Februari 2012

Alaluddin Rumi : Kisah Keajaiban Cinta

Bukankah hari selalu berganti melewati ruang kehampaan waktu.
Hai!!termasuk waktu.
kami hanya sekumpulan orang orang terjajah oleh waktu.
Mengapa,sekali lagi pertanyaanku mengapa.
Dengan segala keheningan hari
berharap menjadi terang seperti awan?
meskipun terlihat terang bisa juga menghujani seisi kota.

Bukan seperti pengungkapan matahari akan eksistensinya yang ada di bumi.
Pertama mengalir seperti air,apa bisa?
Terus dan terus bertanya mengapa.
Sebenernya memang hanya bahasa gaul yang ada dalam hati.
Bahasa anak muda jaman sekarang.
Ingin dilihat keren? Keren seperti artis-artis di Tv?
Pengumbar keglamoran hidup.
Anjing anjing kehidupan berdasar tujuan yang abstrak.
Bukan terlalu menggembirakan melihat diriku sekarang.

Mau marah?,tidak bisa, untuk apa toh semua sudah berjalan dengan waktu dan semua berteori “waktu tidak akan bisa dikembalikan layaknya uang receh.
Yang selalu kusut karena seringnya berpindah tangan.
Apakah hidup itu harus berpindah-pindah?

Sistematika seperti apa yang di inginkan sebenarnya ini.

Sebatas omongan teori karangan Profesor doktor kampungan yang menjelajah kampung ke kampung?
mencari profesor kehidupan lain yang diajak berbicara.
Ya,tetap sama berbicara tentang kehidupan.

kejamlah engakau,
menyikapi hidupku.

siap, aq harus siap
indah maupun susah
sebatas berparas coverbuku bestseller pajangan toko terkenal

tertawalah!!siap menerima aq
bila perlu terbahak bahak dengan nada "Warok" pemecut cemeti itu,
dengan sangar dan garang.
ungkapan berpindah-pindah,

inginnya dibuang seperti yang lain,
bangkitlah wahai kawanku
bangkit dan berfikir,
Aku bersamamu



jika engkau bukan seorang pencinta,
maka jangan pandang hidupmu adalah hidup.

Sebab tanpa Cinta, segala perbuatan tidak akan dihitung pada Hari Perhitungan nanti.

Setiap waktu yang berlalu tanpa Cinta, akan menjelma menjadi wajah yang memalukan dihadapanNya.

Burung-burung Kesedaran telah turun dari langit dan terikat pada bumi sepanjang dua atau tiga hari.

Mereka merupakan bintang-bintang di langit agama yang dikirim dari langit ke bumi.

Demikian pentingnya Penyatuan dengan Allah dan betapa menderitanya Keterpisahan denganNya.

Wahai angin, buatlah tarian ranting-ranting dalam zikir hari yang kau gerakkan dari Persatuan.

Lihatlah pepohonan ini ! Semuanya gembira bagaikan sekumpulan kebahagiaan.

Tetapi wahai bunga ungu,
mengapakah engkau larut dalam kepedihan ?

Sang lili berbisik pada kuncup : “Matamu yang menguncup akan segera mekar.

Sebab engkau telah merasakan bagaimana Nikmatnya Kebaikan.

”Di manapun, jalan untuk mencapai Kesucian Hati adalah melalui Kerendahan Hati.
Hingga dia akan sampai pada jawaban

“YA” dalam pertanyaan : “Bukankah Aku ini Rabbmu ?”

Related Posts:

  • Sajak Untuk Sang PresidenPak SBY dengarlah! "kita belum merdeka", atau cuma penghuni seng berkarat tapi banyak hidup lagi sekarat. Pak SBY dengarlah! "kita belum merdeka", atau cuma tangis kelaparan bukankah siang dan malam semuanya kedengaran. Pak… Read More
  • Oase KehiDupan“Shany. Bisakah Kau melupakan taubat dan orientasi hidupmu sejenak, kemudian kembali menikamati tubuhku dua hingga tiga hari saja? Aku benar-benar membutuhkan uang. Aku tunggu kehadiranmu di kota Kairo.” Sms dari Haifa. Suda… Read More
  • Kekayaan bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia....Menarik sekali saya membaca hadits dari Bukhari & Muslim, yang berbunyi:  ” Kekayaan bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa cukup. “ Subhaanalloh..membaca d… Read More
  • Cerpen SahabatKenapa kau termenung lae, apakah berasmu belum juga dikirim dari kampung atau gara-gara surat dokter itu” kata Herman kepada Togar.“Aku tidak butuh beras, dan aku tidak tahu surat dokter mana maksudmu”“Yah,,, sudah, aku jug… Read More
  • 2 kupu kupu diranting yang samaSemenjak menjadi ulat Senyum dan tatapmu hanya sekali kulihat Saat angin mengalir disela dedaunan Kau menunduk sambil sesekali mencuri lihat Dan enTah kenapa Sebuah pohon yang kita sebut rumah Tiba tiba saja ambruk kedalam mo… Read More

0 komentar:

Posting Komentar