Semenjak menjadi ulat
Senyum dan tatapmu hanya sekali kulihat
Saat angin mengalir disela dedaunan
Kau menunduk sambil sesekali mencuri lihat
Dan enTah kenapa
Sebuah pohon yang kita sebut rumah
Tiba tiba saja ambruk kedalam monster besi beroda enam
Bunyi gergaji membuat kita ngeri
Menderu menyisakan asap dan debu
Hari ini, aku pasti merelakan dirimu
Kutempuh semua perjalanan, melewati musim dan cuaca
Aku bermeditasi mencari persejatian diri
Melalui hidup metamorfosa
Meninggalkan jasad hingga musnah
Aku pun terbang melintasi dedaunan
Aku menemukanmu dengan warna indah
Kita hinggap pada ranting yang sama
Belum sempat aku menyapamu...
Ada jejaring menjera kita, ada cairan membasahi tubuh kita
Perlahan kita membeku
Sebelum berakhir sempaat kucatat :
Kita berada dalam rumah kaca selamanya..
Puisi yang indah dan romantis.
BalasHapusPak Rasyid : Matur Suwun nggih Pak ^^
BalasHapus