Senin, 21 Juni 2010

Bursa Taruhan


            Demam piala dunia sedang menjangkiti penduduk planet biru, tak terkecuali Indonesia. Sebagai Negara yang sangat ingin melihat penampilan tim nasionalnya di pentas piala dunia, hanya melihat timnas negara-negara lain tampaknya sudahlah cukup untuk mengobati penantian itu. Saat itu, entah tahun berapa aku lupa, ketua Partai Amanat Nasional yang juga menjabat ketua MPR RI bernah berucap lantang di GBK, satdion kebanggan seluruh rakyat negeri, bahwa tahun 2010 kita akan melihat timnas Indonesia berlaga di pentas sepak bola terakbar seantero jagad ini. Tapi apa daya, inilah kemampuan kita.
            Untuk mengelola sebuah kompetisi yang professional saja, PSSI sangat kuwalahan, apalagi untuk memikirkan timnas di PD..?. Sungguh ironis memang. Dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 dunia, tentunya tidaklah sulit untuk menemukan 11 orang pemain berbakat yang siap mengorbankan jiwa dan raganya demi harumnya nama Indonesia lewat kancah piala dunia. Ah,sudahlah. Untuk apa membahas sesuatu yang seharusnya bukan wewenang kita untuk membahasnya..?
            Kembali menuju Afrika Selatan. Negeri Bafana Bafana ini ditunjuk menjadi host PD 2011 oleh FIFA. Berbagai rintangan berhasil disingkirkan satu persatu hingga PD pun telah memasuki fase knock out.
            Seperti halnya tahun tahun sebelumnya, bursa taruhan kembali memanas seiring persaingan dilapangan yang juga tak kalah sengit. “Perjudian-pun’ seakan menjadi legal kini. Di jalan, di kantor bahkan dimanapun kita bisa dengan mudah mendengar istilah voor. Istilah yang begitu lekat dg dunia taruhan/bursa. Jika sudah begini mau bilang apa..? dari taruhan kecil kecilan hingga yang bernilai jutaan rupiah. Uang yang seharusnya tidak perlu berputar untuk sebuah permainan, olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas.
            Pemerintah sebagai pengatur kestabilan semua hal di negeri ini tidak bergerak. Bahkan oknum penegak ‘keadilan’ pun ada yang turun dalam ajang ini. Jika ditanya, mereka dengan enteng menjawab, “ Ah, hanya kecil-kecilan kok”. Hmmm, dimana otak dan logika mereka. Apakah mereka tidak pernah berpikir, bahwa esensi utama dalam masalah ini adalah bukan pada nilai besar-kecilnya nominal, akan tetapi lebih kepada moral dan sanksi social.
            Piala dunia memang bagaikan dua sisi mata uang. Ditengah lapangan para pemain berlaga bermandikan keringat, diluar para petaruh mempertaruhkan apa yang mereka miliki untuk sebuah pertandingan. Sportifitas dan tema perkawanan bisa saja ternoda karena masalah ini. Pemain dilapangan memang tidak tahu menahu soal ini, tapi dimanapun yang namanya taruhan itu tentulah sama dengan judi. Dan itu DILARANG!!!!.

            Saya tidak akan bicara ttg undang-undang dan pasal-pasal yang mengatur tentang perjudian, karena saya sangat tidak kompeten. Nah, saya saja yang tidak begitu ‘ngeh’ dengan hukum ngerti jika itu melanggar hukum, bagaimana dengan para aparat yang tentu saja sudah hafal diluar kepala. Okelah itu urusan mereka,karena mereka punya nominal berlebih tentunya untuk sekedar taruhan ‘kecil’. Tapi gmn ya dg yg dananya pas-pasan..? hmmm, jalan paling simple adalh melakukan tindakan criminal. Makin menggurita saja tampaknya permasalahan ini. Terkait antara satu sendi kehidupan dengan sendi sendi lainnya.
            PD 2010 tinggal menyisakan sekitar setengah bulan lagi. Marilah kita tinggalkan kebiaasaan ‘mengundi nasib’ ini. Kita negara hukum Bung!!!

3 komentar:

  1. gak ikutan lho...tp klo dapat bagi2 dunk

    BalasHapus
  2. Kayaknya dah jadi watak manusia, segala yang bernama permainan selalu dicanteli dengan judi, termasuk sebagian warga negeri ini.
    Mereka sebetulnya tengah bermimpi.

    BalasHapus
  3. Osi : HHaa, bisa aja kao ini kawand. Mending nggak usah ikut juga nggak pake bagi bagi duit hasil judi. Main aman sajalah.hihihi

    Pak Rasyid : Temen temen dikampus pak, pada ngajakin ikut.. Sempat tergiur juga see, tapi akhirnya mboten jadi ikut ^^)

    BalasHapus