Minggu, 23 Mei 2010

LoroNg Asing




Malam itu aku berjalan sendirian, menyusuri lorong-lorong yang sangat gelap. Aku merasa takut, hidungku tersumbat karena bau yang tak sedap. Bulu kudukku berdiri serentak, keringat mulai bercucuran, dan tanpa sadar aku sudah meneteskan air mata. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku saat ini. Aku masih terus menapaki jalan ini dan aku masih saja ada di lorong ini. "Kenapa lorong ini begitu panjang hingga aku tak bisa keluar? Lorong apa ini? Aku bertanya-tanya dalam hati.

Tiba-tiba aku merasa ada yang mengikutiku, langkahku terhenti sejenak, dan aku menoleh untuk melihat siapa yang ada di belakangku. Tak ada siapa pun di situ. Aku kembali berjalan, tetapi perasaan itu datang lagi dan aku semakin yakin ada yang mengikutiku. Aku beranikan melihatnya lagi, tapi tetap aku tak melihat siapa pun. Aku berjalan lagi dan kupercepat langkahku. Suara langkah kaki itu masih mengikutiku.

Bulu kudukku berdiri lagi dan kuberanikan untuk berteriak, "Siapa kamu? Kenapa kamu mengikutiku!" Namun, tak ada jawaban. Aku semakin takut dan aku pun berlari sekuat tenaga untuk menjauh dari suara itu. Saat aku lari aku, dari kejauhan aku melihat ada cahaya yang bersinar, putih.

Aku melangkah mendekati cahaya itu. Namun, tiba-tiba cahaya itu hilang secara perlahan dan berganti menjadi seorang ibu yang sangat aku kenal wajahnya. Ibuku. Kenapa beliau ada di sini? Beliau menggoyangkan badanku dan berkata, "Ayo bangun salat subuh." Aku terbangun dari tidurku dan aku sadar bahwa kejadian yang baru aja aku alami itu cuma mimpi. Alhamdulillah...

"Kenapa kamu? Kok tidur aja sampai keringatan gini?" tanya ibu. Nggak, Bu, tadi abis mimpi buruk," jawabku. "Ya udah sana gih ambil air wudu, terus salat," ucap ibu lembut. Aku bergegas mengambil air wudu. Selesai salat, aku berolahraga di sekitar rumah. Indahnya pemandangan pagi ini membuatku makin bersemangat buat berolahraga.

Aku menikmati pemandangan dan udara yang sejuk ini dengan berjalan-berjalan sambil menggerakkan tubuh sedikit. Aku berjalan terus sampai keluar kompleks dan tanpa sadar aku sudah berada di suatu tempat yang tak asing lagi. Aku berusaha mengingatnya, tempat apa ya ini, sepertinya aku pernah berada di sini.

Akhirnya setelah aku berusaha mengingatnya, aku pun tahu tempat apa itu. Ya, itu adalah tempat yang dekat dengan lorong yang ada dalam mimpiku. Kenapa aku bisa berada di sini lagi? Aku mundur perlahan dan tanpa aku sadari aku menabrak seseorang yang ada di belakangku. Aku langsung balik badan dan melihat anak yang kutabrak jatuh sambil mendengus. Aku langsung mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

"Ugghh!" ujarnya sambil berlalu. Karena aku merasa bersalah, langsung kutarik tangannya, "Maaf aku nggak sengaja." Dia menatapku sebentar dan berkata, "Ya!" Aku masih penasaran. "Nama kamu siapa? Aku Bianka." Lagi-lagi tanganku tak dihiraukannya, dia hanya menjawab singkat, "Molly."

Aku beranikan diri untuk bertanya lagi. "Kamu tinggal di mana?"

Dia malah balik bertanya, "Ngapain kamu di sini?"

"Aku nggak sengaja lewat."

"Seharusnya kamu nggak usah lewat sini," bentaknya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kalau kamu sudah di sini, kamu nggak akan bisa keluar lagi. Itu memang sudah ketentuannya," jawabnya lagi.

Tiba-tiba dia menarik tanganku dan menuntunku menuju lorong. "Kamu pasti sudah tahu lorong ini kan? Dan, kamu tahu lorong ini dalam mimpimu kan?" tanya Molly. Aku kaget, kok dia bisa tahu bahwa aku pernah bermimpi mengenai lorong ini. ''Nasib kamu sama denganku," kata Molly. "Maksud kamu?" tanyaku. Kemudian dia mulai menceritakan sejarah lorong itu, dia juga menceritakan rahasia di balik lorong itu. Aku kaget setengah mati, bagaimana bisa lorong itu menjebak setiap orang yang bermimpi tentangnya. Setiap orang yang bermimpi mengenai lorong itu, setelah terbangun dia akan menemui lorong itu lagi dalam kehidupan nyata dan dia nggak akan bisa kembali ke rumahnya. Dia akan tinggal di situ sampai Yang Mahakuasa memanggilnya.

Kedengarannya memang aneh, tapi itu terjadi padaku. Aku nggak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa berdoa semoga aku bisa keluar dari tempat ini. Tapi, mungkin itu hanya khayalanku. Molly menepuk bahuku, dia membuyarkan lamunanku. "Banyak berdoa aja supaya ada keajaiban yang datang menghampiri kita," ujarnya.

"Mol, apa kamu nggak pernah berusaha untuk keluar dari tempat ini?" tanyaku.

"Nggak," jawabnya dengan mantap.

"Hah! Kenapa?" "Karena aku tahu jalan keluarnya."

"Kamu tahu jalan keluarnya, tapi nggak keluar dari tempat ini?" tanyaku bingung.

"Ya, karena aku ketemu kamu," jawabnya santai.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Dulu aku pernah bertemu seorang kakek yang juga terjebak di sini. Kakek itu bilang kalau aku ingin keluar dari tempat ini, aku harus bisa bertemu dengan anak perempuan yang lebih muda daripada aku di lorong ini. Kakek itu juga yang menceritakan sejarah lorong ini," terang Molly.

"Memang kamu tau kalo umurku lebih muda daripa kamu, Mol?" ucapku.

"Masih dugaan sih, tapi dari pertama aku lihat kamu, aku yakin bahwa kamu tuh masih kanak-kanak, masih di bawah umur," jawab Molly lantas tertawa lebar. Aku agak lega melihat dia tertawa. "Rese kamu, ngatain aku masih kanak-kanak. Tapi memang sih, umurku baru 13," ucapku. Memang umur kamu berapa Mol?"

"Ha ha. Dugaanku tepat, aku 20 tahun. Ah, akhirnya impianku sejak dulu untuk keluar dari tempat ini berhasil juga," tawa Molly makin lebar.

"Ayo, kita bisa keluar dari sini secepatnya, ikut aku," seru Molly.

Aku menggapainya dan kami berdua berjalan menyusuri lorong itu sambil mencari jalan keluarnya. Sampai akhirnya kami melihat sinar kehidupan. Tiba-tiba saja aku melihat taman yang biasa kulewati saat aku berangkat ke sekolah. Taman itu berjarak tak jauh dari rumahku.

Wuah... akhirnya kami bisa keluar dari lorong itu. "Leganya!" ucap Molly.

"Alhamdulillah!" aku tak henti-henti mengucap syukur.

"Makasih Mol, berkat kamu aku nggak lama berada di lorong itu," ucapku.

"Sama-sama, aku bisa keluar dari lorong itu juga karena ketemu kamu," jawabnya.

Setelah mengucapkan itu, aku berpaling sejenak. Lalu ketika aku berbalik, Molly sudah tak ada. ''Molly!" panggilku mencarinya. Tapi, dia tak kutemukan. Aku terpaku beberapa detik, lalu seperti disengat aku berlari sekuat tenaga menuju rumah. "Ibuuuu...!" ***

0 komentar:

Posting Komentar