Minggu, 18 Juli 2010

PERALATAN PEMBORAN LEPAS PANTAI



Peralatan mutlak yang harus ada dalam operasi pemboran lepas pantai adalah sebuah struktur anjungan (platform) sebagai tempat untuk meletakkan peralatan pemboran. Kondisi lingkungan laut berpengaruh terhadap pemilihan jenis platform. Jenis platform secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu : Fixed Platform dan Mobile Platform.
1. FIXED PLATFORM
Fixed platform merupakan “dataran” buatan. Rig berada di platform sampai operasi pemboran selesai. Semua keperluan peralatan dan material berada di platform. Fixed platform ini cukup stabil dan tidak terpengaruh cuaca. Platform ini banyak digunakan untuk operasi pemboran pada laut dangkal, misalnya : Laut Jawa. Tetapi sekarang telah dikembangkan untuk lautdalam, misalnya : Laut Utara. Operasi pemboran pelaksanaannya seperti di darat, hanya lokasi yang tersedia sangat terbatas. Penyelesaian sumur (well completion) dengan conventioanal wellhead dan chrismast tree pada platform.
2. MOBILE PLATFORM
A. Bottom Supported Platform
·         Drilling Barge. Drilling Barge dioperasikan untuk pemboran di daerah rawa atau laut yang sangat dangkal. Barge ini duduk di dasar rawa/laut, stabil, tidak terpengaruh cuaca dan pasang surut. Penyelesaian sumur dengan conventional wellhead dan chrismast tree pada platform permanen.
  • Submersible. Submersible sebenarnya adalah floating platform. Bila dioperasikan pada laut dangkal, submersible ini didudukkan pada dasar laut dan berfungsi seperti drilling barge.
  • Jack Up. Jack up berbentuk semacam barge, berukuran besar, tidak mempunyai propeller sendiri, sehingga untuk menuju ke lokasi harus ditarik dengan kapal tunda (tug boat). Jack-up dilengkapi dengan kaki-kaki yang dapat terdiri dari tiga, empat, lima kaki atau lebih. Pada posisi pemboran, kapal diangkat dan berdiri di atas kaki, cukup tinggi di atas air serta di atas jangkauan ombak. Kedalaman laut terbatas, sesuai dengan panjang kaki.
B. Floating Platform
  • Semi-Submersible. Semi-Submersible berbentuk seperti kapal dan pada umumnya tidak mempunyai propeller sendiri sehingga untuk menuju ke lokasi harus ditarik kapal tunda. Karena sifatnya mengapung (floating), sehingga sangat dipemharuhi oleh alur ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar. Sistem penjangkaranada dua macam, yaitu Conventional Mooring System dan Dynamic Positioning
  • Drill Ship. Drill Ship merupakan bentuk kapal sepenuhnya dan dilengkapi dengan propeller sendiri. Karena sifatnya mengapung (floating), sehingga sangat dipengaruhi oleh arus, ombak dan pasang surut. Untuk mengatasi pengaruh tersebut harus dijangkar seperti pada semi sub-mersible.


3. PERALATAN-PERALATAN KHUSUS
Peralatan khusus pada floating rig berupa Subsea BOP stack, Control System dan Accumulator, Riser System, Well Head, dan Motion Compensator.
a. Sub sea BOP Stack. Biasanya dipakai dengan jumlah yang lebih banyak dari pada di darat, dengan maksud untuk safety serta agar tidak memerlukan penggantian RAM pada saat menurunkan casing. Ukuran serta pressure rating dinaikkan dan perlu diperhitungkan ke dalam laut (tekanan hidrostatik air). BOP lebih banyak, berarti lebih banyak fluida untuk buka/tutup. BOP lebih banyak, berarti lebih besar pressure drop pada flowline dan hal ini perlu diperhitungkan pada proses well control. Untuk menghindari pressure drop pada flowline, biasanya cairan/minyak untuk pengoperasian BOP tidak kembali ke tanki, tetapi langsung dibuang ke laut.
b. Control System & Accumulator. BOP dan semua keranan dibuka dan ditutup secara hidrolis dan harus dapat bekerja dalam waktu singkat. Ada dua cara untuk mengoperasikan BOP, ialah secara hydraulic dan electrohidraulic system.
  • Hydraulic System. Fluida untuk mengoperasikan BOP stack dicampur, ditekan dan di pompa dari hydraulic unit. Cairan mengalir lewat hose bundle ke bawah, ke subsea pod. Biasanya dipasang dua pod, satu sebagai cadangan. Masing-masing pod mempunyai banyak pilot valve, yang diopeasikan secara hidrolis. Pilot valve inilah yang akan dilaksananakn, fungsi untuk membuka/menutup aliran fluida hidrolik tekanan tinggi (power fluid) ke masing-masing.BOP atau yang lain dengan perintah dari permukaan. Untuk hydraulic control system perintah ini berupa tekanan hidrolis melewati hose kecil-kecil yang diikat menjadi satu (hose bundle).
  • Electrohydraulic System. Untuk electrohydraulic system perintah dari atas berupa signal listrik ke solenoid valve. Selanjutnya solenoid valve ini akan mengatur aliran fluida hydraulic ke pilot valve dan selanjutnya pilot valve ini akan mengatur aliran fluida hydraulic dengan tekanan tinggi ke BOP.
c. Riser System. Riser system ini meliputi riser pipe, ball joint, slip joint, kill & choke manifold dan hydraulic connector.
  • Riser Pipe. Riser pipe digunakan untuk mengalirkan Lumpur ke permukaan di dalam proses pemboran, serta memudahkan dalam memasukkan peralatan pemboran seperti pahat dan sebagainya ke dalam lubang bor. Riser merupakan bagian yang tetap (fixed) dan merupakan bnagian terlemah di atas BOP. Pada bagian terbawah dari riser dipasang pada ball joint, sedangkan bagian teratas dipasang slip joint. Kill & choke manifold dipasang pada riser. Pada riser juga sering dipasang tabung pengapung (buoyancy can) untuk mengurangi berat riser di dalam air.
  • Slip Joint. Slip joint dipasang pada bagian teratas dari riser pipe, terdiri dari inner Barrel, dimanan diatasnya sering dipasang  Deverter dan digantung pada kapal dengan bantuan riser tensiduer. Diatas riser di bawah slip joint juga sering dipasang ball joint.
  • Ball Joint. Ball joint dipasang di bawah riser, diatas BOP stack, berfungsi untuk menghilangkan stress pada pipe riser. Ball joint kedua juga sering dipasang di bawah slip joint.
  • Hydraulic Connector. Hydraulic Connector berfungsi untuk menyambungkan casing head atau well head dengan BOP stack dan BOP stack dengan riser system. Hydraulic connector dioperasikan dari permukaan secara hidraulis.


d. Well Head. Sebagai pengganti well head dipakai serangkaian casing untuk masing-masing casing. Masing-masing casing head mempunyai “HUG” yaitu tempat untuk memasang hydraulic connector dan mempunyai ulir kiri untuk menyambung dengan running tool pada waktu menurunkan casing dan juga penyemenan.
e. Motion Compensator. kapal bergerak vertical secara terus menerus, karena ombak maupun pasang surut. Pada bagian bawah atau pahat, gerakan ini harus dinetralisir agar berat beban pada pahat (WOB) konstan. Untuk meksud tersebut maka dipakai motion compensator atau    heave compensator. Jadi traveling block dengan seluruh beban tetap tinggal di tempat, meskipun kapal bergerak naik turun. Ada tiga jenis heave compensator, yaitu :
  • Bumper Sub. Dipakai long stroke bumper sub, yang dipasang pada drill collar.
  • Crown Block Compensator. Crown block compensator adalah merupakan suatu perangkat tegangan yang digunakan untuk menahan crown block dan drill string. Metode ini telah banyak digunakan pada operasi pemboran lepas pantai dan sangat efektif penggunaannya.
  • Traveling Block Compensator. Traveling block compensator adalah merupakan perangkat tensioner utnuk menahan drill string, dipasang antara traveling block dan hook. tujuannya untuk menghilangkan pengaruh gerakan pada traveling block, sehingga posisinya lebih stabil. Ada dua tipe traveling block compensator, yaitu : Tension type cylinder dan Compression type cylinder.


















                   

0 komentar:

Posting Komentar