Senin, 26 Juli 2010

Polemik Tanding Ulang Persebaya yang tak kunjung reda

“Sepandai-pandainya Tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga”. Begitulah pepatah lawas yang tepat bagi Persebaya Surabaya, terkait dengan masalah kewajiban memainkan tanding ulang kontra Persik Kediri yang dihadapi saat ini.

Hal itu setelah PT Liga Indonesia (Liga) akhirnya menetapkan jadwal tanding ulang yang merupakan lanjutan pertandingan putaran kedua Superliga 2009/10, yang selama ini menjadi kontroversi dan sempat dilanda ketidakpastian waktu maupun tempat.

Oleh badan bentukan PSSI selaku pelaksana regulasi kompetisi sepakbola non amatir di tanah air, kedua tim penghuni papan bawah yang sedang berupaya lolos dari jeratan degradasi musim ini dijadwalkan melakoni laga tersebut di Stadion Brawijaya, Kediri, Kamis (5/8) mendatang.

Polemik berkepanjangan terhadap nasib kedua tim, terutama Persebaya, tampaknya akan segera berakhir. Tim berjuluk "Bajul Ijo" pun akan segera memastikan posisinya, apakah masih bisa tampil di kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional musim ini, atau turun kasta.

Jika melihat apa yang diputuskan komisi disiplin [Komdis] dan komisi banding [Komding], jelas kita akan mengerutkan dahi. Bagaimana tidak, dua komisi hukum PSSI itu silang pendapat terkait kasus laga yang gagal dimainkan akibat terkendala dengan perizinan.

Semula, Komdis memutuskan kemenangan walk over [WO] bagi Persebaya, karena Persik yang bertindak sebagai tuan rumah dipastikan gagal menggelar pertandingan. Hal yang sama diberikan kepada Persija Jakarta, yang juga gagal menggelar pertandingan kontra Persiwa Wamena, dengan kasus yang sama.

Tapi belakangan, Komding selaku komisi hukum tertinggi, menganulir putusan Komdis, dengan membatalkan kemenangan WO tersebut dan mewajibkan kedua tim untuk tetap memainkan laga tersebut. Padahal, dalam amar putusan Komdis sudah dijelaskan, jika putusan tersebut tidak bisa dibanding.

Namun PSSI lagi-lagi melakukan inkonsistensi dengan tetap mengetok palu, sehingga kedua tim yang sedang berjuang untuk lolos dari jeratan degradasi ini harus kembali memainkan laga itu. Aneh, tapi itulah sepak terjang otoritas sepakbola nasional dalam menjalankan roda organisasi yang terus diwarnai keputusan kontroversi.

Bagaimana dengan Persebaya, sesuai catatan,Saat menjuarai kompetisi Perserikatan pada 1988 misalnya, tim yang berdiri 18 April 1927 ini pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah 'sepakbola gajah', karena mengalah kepada Persipura Jayapura 12-0. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan rival berat mereka kala itu PSIS Semarang. Taktik ini membawa hasil, dan Persebaya sukses menjadi juara.

Pada kompetisi Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang yang berujung pada skorsing pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I.

Tidak cukup sampai di situ, ulah tidak terpuji tim kebanggaan warga Kota Surabaya ini berlanjut tiga tahun kemudian, atau tepatnya pada musim kompetisi 2005 saat menggemparkan publik sepakbola nasional, setelah memutuskan untuk mundur dari babak delapan besar divisi utama.

Lagi-lagi, PSIS Semarang yang menjadi korban karena harus gigit jari bersama PSM, karena keduanya gagal untuk lolos ke babak final.

Akibat dari keputusan mundur tersebut membuat Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun belakangan skorsing akhirnya direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Dari rangkaian perjalanan Persebaya tersebut, siapakah yang harus disalahkan terkait dengan keputusan kontroversi PSSI yang mewajibkan mereka memainkan laga ulang kontra Persik? Tidak bijak memang jika kita menyalahkan satu pihak.

Sebab, carut marutnya sepakbola nasional yang berimbas pada merosotnya prestasi timnas, bukan pekerjaan bagi PSSI semata. Peran dari klub dan semua pelaku sepakbola nasional untuk melakukan perbaikan sangat besar, sekiranya ingin memperbaiki tatanan sepakbola di tanah air.

Maklum saja karena PSSI tidak akan ada artinya, jika saja tidak mendapat dukungan dari seluruh stakeholder sepakbola nasional.

4 komentar: